Persebaran varietas Inpari 32 HDB di Bojonegoro yang merata memang luar biasa. Hampir semua desa di bumi Angkling Darmo ini ada yang menanamnya. Mulai ujung barat sampai timur, utara sampai selatan petani mengenalnya. Ini seperti menyamai persebaran varietas Ciherang yang legendaris itu.
Inpari 32 HDB dilepas oleh Kementan pada 2013. Salah satu keistimewaan varietas ini adalah tahan (toleran) penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB), sehingga di belakang namanya diembel-embeli HDB. Selain itu potensi hasil dan rendemen tinggi, rasa nasi pulen seperti Ciherang. Rata-rata hasil 6,30 ton/ha GKG, potensi hasil 8,42 ton/ha GKG.
Hal inilah yang membuat petani jatuh hati kepadanya. Hasil ubinan di Desa Caruban, Kecamatan Kanor tembus 13,4 ton/ha gabah kering sawah (GKS) di musim gadu akhir tahun 2018 yang lalu . Seorang petani di Di Desa Kuniran, Kecamatan Purwosari mendapat 12.312 kg dari luasan sawah 1,2 ha pada musim hujan (MH) 2019 yang lalu. Padahal pada MH 2018 mendapatkan 8500 kg dengan varietas eksistensi lainya di sawah yang sama.
Petani auto menjatuhkan pilihanya pada varietas tertentu yang dianggap hasil panenya memuaskan hati. Proses jatuh hati petani kepada Inpari 32 HDB ini melalui berbagai peran individu, kelompok, lembaga, dan medsos yang aktif menyampaikan kepada masyarakat (baca petani), diantaranya adalah :
1. Peran penyuluh lapang. Penyuluh lapang bisa termasuk Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Disperta Bojonegoro, Penyuluh Swadaya (PS), dan Penyuluh pabrik (formulator). Mereka ini yang aktif menyampaikan informasi keunggulan Inpari 32 HDB lewat penyuluhan di kelompok tani atau kelompok lainya.
2. Peran Disperta Bojonegoro dalam siaran pertanian rutin di beberapa radio. Djoko PW, Qomarudin, dan Erlina, yang ketiganya merupakan Kasi SDM, Kepala UPT Pertanian Kecamatan Sukosewu, dan PPL BPP Balen bersama kawan-kawan aktif berinteraksi dengan petani lewat udara setiap Rabu pukul 19.00-21.00 Wib di Malowopati FM, Minggu pukul 06.00-08.00 Wib di Istana FM, Minggu pukul 08.00-09.00 Wib di Malowopati FM, Jum`at pukul 19.00-21.00 Wib di Prabu FM.
3. Peran media sosial. Bagi petani yang haus informasi tentang pertanian beserta tehnik budidayanya, semua bisa dicari jawabanya lewat facebook, WAG, dan lainya. Ini biasanya dilakukan oleh petani milenial atau yang berjiwa milenial. Bermodal android sambil ngopi santai dengan kawan dan sahabat, dahaga ilmu pertanian bisa terpuaskan. Lalu mereka aplikasikan di lapangan/sawah masing-masing.
4. Peran group perontok padi. Setelah bekerja dan mengetahui produktivitas Inpari 32 HDB tinggi, mereka kemudian "menular" benihnya untuk ditanam di sawah masing-masing. Ini juga berlaku bagi group perontok padi yang bekerja di luar kecamatan atau kabupaten.
5. Peran pembeli gabah atau penebas. Di saat gabah yang di beli berkualitas, mereka bercerita kepada kepada group perontok padi dan petani, sekaligus menganjurkan menanam Inpari 32 HDB di musim berikutnya.
6. Peran kelompok tani. Anggota yang sudah menanam dan merasa puas dengan produktivitasnya kemudian bercerita, menganjurkan dan mengajak kepada petani lain untuk menanamnya. Proses ini diawali dari penyuluhan oleh PPL yang bertujuan untuk merubah Pengetahuan, Keterampililan, dan Sikap (PKS) petani. Pemilihan Inpari 32 HDB merupakan salah perubahan pengetahuan dan sikap petani untuk menanam varietas baru yang lebih bermutu, baik dari segi produktivitas atau ketahanan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT).
7. Peran petani itu sendiri. Petani sebagai juru tani/penggarap dan sebagai manager/pengelola selalu berpikir dalam berusahatani agar mendapatkan hasil panen yang maksimal. Ketika mereka mendengar, melihat, dan mengetahui produktivitas Inpari 32 tinggi dan tahan (toleran) penyakit, khususnya HDB/Kresek. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas Oryzae. Mereka kemudian auto memilih untuk menanam di musim berikutnya. Ini sesuai dengan falsafah penyuluhan seeing is believing yang artinya melihat baru percaya.
Iskak Riyanto, S.P., PPL Kecamatan Kedungadem.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Sangat Puas
33 % |
Puas
37 % |
Cukup Puas
5 % |
Tidak Puas
26 % |