Awal musim hujan, tikus sudah mulai menyerang tanaman padi di beberapa desa di Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Agar serangan tidak semakin meluas, selama dua hari berturut-turut Korluh, PPL, dan PPOPT-PHP Kecamatan Kedungadem mengadakan gerakan pengendalian metode pemasangan umpan beracun bersama petani di Desa Balongcabe dan Ngrandu pada Rabu (22/1/2020), Desa Tlogoagung dan Megale pada Kamis (23/1/2020).

Sumaji, PPOPT-PHP Kecamatan Kedungadem dalam arahanya di depan petani mengatakan Dinas Pertanian memberikan bantuan Rodentisida sebagai bentuk perhatian kepada petani.

"Bantuan ini hanya bersifat stimulan, jumlahnya tidak seberapa, hanya sekitar 4-5 kg per desa. Ini untuk mendorong petani melakukan pengendalian yang sama secara swadaya. Walau petani tidak dibantu semua tetap mengendalikanya to ya, misal pasang pagar plastik, pasang umpan sendiri, dan lain-lain," kata Sumaji.

Sumaji melanjutkan, hama tikus harus dikendalikan agar tidak merugikan petani. Pengendalian sebaiknya dan seharusnya harus dilakukan bersama dan serentak agar hasilnya lebih maksimal.

"Sehingga acara seperti ini disebut gerakan pengendalian, artinya petani membuat gerakan bersama-sama dan serentak. Kalau petani sebelah sini memasang umpan, sedangkan petani sebelah sana tidak memasang, hasilnya kurang maksimal," ujar Sumaji menekankan pentingnya gerakan pengendalian.

"Sarang tikus berada di pematang sawah yang besar atau semak belukar yang ditandai adanya lubang aktif. Nanti mohon kepada bapak dan ibu untuk mencari pintu sarang tikus itu, kemudian umpan beracun dipasang di dekatnya," sambung Maji, panggilanya.

Sumaji kemudian menjelaskan cara menggunakan Rodentisida yang berbentuk kotak dan berwarna biru itu.

"Ambil satu bagian kecil, kemudian letakan di depan lubang aktif dengan dicampur dedak kasar. Dedak kasar ini berfungsi untuk memancing kedatangan tikus untuk makan Rodentisida," ujar Sumaji lagi.

Sementara itu, Enggar, PPL yang membina Desa Tlogoagung dan Megale menyampaikan cara kerja Rodentisida yang dibantukan kepada petani. "Tikus yang makan umpan beracun ini akan mati dalam waktu 3-7 hari, karena racunya bersifat sistemik," katanya.

Setelah pengarahan tersebut acara berlanjut dengan pembagian Rodentisida oleh ketua kelompok tani kepada anggota. Kemudian mereka mulai memasang umpan beracun di sawahnya masing-masing.

Korluh Kecamatan Kedungadem, Sandy Trifika Haryoko, saat di depan petani Desa Ngrandu menyampaikan organisme pengganggu tanaman (OPT) selain hama tikus yang perlu diwaspadai pada musim hujan adalah penyakit Blas/busuk leher. "Petani Bojonegoro menyebut potong leher. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pyricularia Oryzae yang bisa menyebabkan hasil panen menurun besar," sambung Sandy, panggilanya.

"Agar tanaman padi tidak terkena serangan potong leher, sejak awal dengan menanam varietas tahan, pengaturan jarak tanam jajar legowo, dan pemupukan berimbang," kata Sandi lagi.

Iskak Riyanto, S.P., PPL Kecamatan Kedungadem Bojonegoro.


By Admin
Dibuat tanggal 29-01-2020
532 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
26 %
Puas
45 %
Cukup Puas
3 %
Tidak Puas
26 %