Siapa tak kenal kembang kol alias kubis bunga? Sayuran yang berasal dari Eropa sub tropis di wilayah Mediterania ini sudah cukup populer di Indonesia. Tanaman bernama latin Brassica oleraceavar ini kerap dijadikan campuran dalam aneka menu masakan.

Kembang kol banyak dicari karena banyak mengandung vitamin dan mineral. Salah satu pembudidayanya adalah Fatria Wulan dari yang terkenal dengan sebutan BU WO karena beliau adalah istri dari Kasun (Kamituwo) Tanggungan Desa Tanggungan Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro.

Bu Womengatakan, “ saya dan suami melirik peluang bisnis dari tanaman ini sejak tahun 2019, dan baru tahun 2020 ini dapat merealisasikanya”. Ia mulai membudidayakan kembang kol di lahan seluas 2.500 meter persegi (m2) dengan jumlah tanaman 1500 pohon. Varietas yang digunakan adalah PM 126 F1 dari produsen Panah Merah.

Saat ini areal tanaman kembang kol tersebut kami promosikan kepada masyarakat dengan sebutan “Kebun Sayur BU WO “. Dimana di kebun sayur tersebut selain sebagai sarana budidaya juga sebagai wahana wisata petik sayur.

Meskipun baru terbatas untuk sayuran kembangkol, banyak masyarakat local yang tertarik untuk mengunjunginya. Bu Wo mengatakan pertanian kembang kol cukup produktif, dalam kurun waktu lima minggu sudah dapat dipanen. Dia juga mengatakan saat ini petani kembang kol masih sangat sedikit.

“Saat ini, Cuma saya dan suamis atu-satunya petani yang mencoba menanam kembang kol di DesaTanggungan, bahkan di Kecamatan Ngraho. Petani lainnya, masih setia tanam padi dan palawija, baik kedelai atau jagung,” kata Bu Wo.

Bu Wo dan suami sengaja menanam kembang kol lebih disebabkan rasa penasaran. Selama ini, kembang kol hanya ditanam oleh petani di dataran tinggi saja.Sementara di dataran rendah jarang sekali ditemukan petani menanam kembang kol di areal sawah. Lebih-lebih, pada saat musim kemarau seperti sekarang.

Tanam kembang kol bisa juga dikombinasi dengan tanaman lain, yaitu menggunakan system Tumpang Sari, dengan menanam komoditas lain di lahan yang sama, seperti cabai dan tomat" kata Bu Wo.

Dalam budidaya sayuran ini yang penting menurutnya adalah harus selalu waspada terhadap hama dan tepat dalam pemupukan. "Kalau masalah pengairan kembang kol tidak terlalu susah menurut saya," ujarnya.

Untuk panen kembang kol tidak bias dilakukan serempak seperti panen jagung atau padi. Tetapi diambil yang bunganya sudah maksimal pertumbuhannya,” jelasnya. Tanaman kembang kol dikebun kami setiap pohonnya mampu menghasilkan 1 buah kembang kol dengan bobot 0.5 – 1 kg, dan dijual dengan hargaRp. 10.000,- per krop.

Peminat kembang kol banyak, namun harga jualnya fluktuatif tergantung ketersediaan pasokan. "Saat ini untuk pemasaran kembang kol kita baru seputaran local saja,

Itupun pembeli dating langsung ke kebun kita, sehingga kita belum menjual hasil panen keluar. Pengunjung yang dating bias memilih dan memetik sendiri kembang kol yang di inginkan sambil berswafoto dan mempromosikanya melalui media sosial.

Selain tanaman kembang kol yang dominan di kebun sayur BU WO, pengunjung juga bias menikmati petik sayuran yang lain seperti cabe dan tomat.

Harapanya kedepan kebun sayur BU WO ini dapat lebih berkembang lagi, baik dari segi komoditas dan kualitas tanaman yang diusahakan agar dapat mendongkrak perekonomian dan kesejahteraan kita, ujar Bu Wo mengakhiri pembicaraanya.

 

Oleh : Dyah Lucy Rihawati, S,P ( PPL Kecamatan Ngraho)


By Admin
Dibuat tanggal 18-08-2020
2399 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
26 %
Puas
45 %
Cukup Puas
3 %
Tidak Puas
26 %