Senin, ( 08 Juli 2019) Tikus sawah merupakan salah satu jenis hama pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan kerugian besar dan meresahkan petani. Keadaan kumulatif luas serangan tersebut menunjukkan peningkatan tajam .
Meningkatnya luas serangan hama tikus antara lain diakibatkan karena pola tanam petani yang menanam padi secara terus-menerus sehingga siklus hama tikus tidak terputus karena di lahan
selalu tersedia “makanan” hama tikus berupa tanaman padi.
Meningkatnya luas serangan hama tikus juga dapat disebabkan oleh karena tidak adanya antisipasi berupa gerakan massal intensif pembersihan lahan dan pengemposan lubang-lubang tikus sebelum tanam. Kebanyakan petani terburu waktu untuk segera tanam padi kembali dan tidak memberikan jeda waktu untuk melakukan gerakan massal secara serentak dalam mengantisipasi hama tikus.
Latar belakang di atas antara lain menjadi dasar Dinas Pertanian menggerakkan petugas lapangan bersama Kelompok Tani agar dalam memasuki musim tanam MK 1 (musim kemarau) bulan Mei-Juni 2019 ini melakukan gerakan massal intensif pembersihan lahan, pengemposan lubang-lubang tikus sebelum tanam dan pengumpanan. Seperti yang dilakukan pada hari Senin 08 Juli 2019 bertempat di Kelompok Tani Karya Tani Satu Desa Semanding Kec. Bojonegoro bersama-sama Korluh, PPL, Kepala Lab.POPT serta Petugas POPT, Bhabinsa dan Perangkat Desa melakukan Gerdal (Gerakan Pengendalian ) Massal atau serempak dengan menggunakan teknik Pengumpanan dan Pengemposan. Dimana Pengumpanan dengan menggunakan Obat Tabur Sidarat dan Pengemposan dengan Belerang. Terlebih dahulu sebelum melakukan gerdal, Korluh dan petugas POPT memberikan pengarahan dan pengaplikasian tentang Tikus, siklus hidup dan cara pengobatan yang tepat.
Kata petugas POPT ( Bapak Waras), “ Dalam hal pengendalian sebaiknya dilakukan secara Massal atau serempak sehingga tanaman padi dapat terselamatkan walaupun tidak 100% bisa kembali normal serta dalam pengendalian pemberian obat khususnya pengumpanan, sebaiknya dalam mencampur obat dengan beras atau bahan pengumpan tidak langsung terkena tangan harus memakai sarung tangan, ini dikarenakan Tikus sangat peka terhadap aroma Manusia dan tidak mau untuk memakannya.”
Ditambahkan oleh Hadi Suyono,selaku Korluh Kecamatan Bojonegoro, “Pada masa lahan Bero, sebagian besar tikus berpindah ke daerah perumahan. Tikus-tikus tersebut akan kembali lagi setelah pertanaman padi tumbuh subur. Kita tidak melihat tikus di siang hari karena mereka bersembunyi pada sarangnya di dalam tanah. Tikus membuat lubang di Galengan, di sekitar tepi lahan, menunggu waktu malam hari untuk menyerang tanaman padi.”
“Biasanya lubang yang dibuat oleh tikus ada jalan masuk, kemudian digali terus hingga menemukan jalan keluar. Jadi mereka tidak masuk dan keluar pada lubang yang sama. Kehadiran tikus dapat diamati melalui gejala serangan pada tanaman padi kita dengan gigitan mereka yang khas. Bisa juga dengan mencari jejak kaki kecil mereka, memperhatikan jalur jalan tikus, hingga menemukan sebaran kotoran.” Tambah Diah Ayu Ningrum, selaku PPL
Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi.
Disamping itu monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalah mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan memanfaatan musuh alami, yaitu menggunakan burung hantu untuk memutus rantai makanan tikus. Cara lain yaitu mengatur pola tanam padi dengan sistem jajar legowo, yaitu memanfaatkan sinar matahari agar dapat masuk menerangi sela barisan tanaman padi. Diharapkan dengan kondisi barisan tanaman yang terbuka dan terang, tikus tidak bisa bersembunyi dan mengerat batang tanaman padi.
(oleh Diah Ayu Ningrum, SP - PPL Kec. Bojonegoro, Kab.Bojonegoro)
Sangat Puas
31 % |
Puas
38 % |
Cukup Puas
5 % |
Tidak Puas
26 % |