dinperta.bojonegorokab.go.id — Rangkaian acara Sekolah Lapang Iklim di Bojonegoro memasuki pertemuan keempat yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting pada kamis (18/09/2025). Pertemuan ini merupakan bagian penting dari total enam pertemuan, di mana dua pertemuan terakhir akan berfokus pada praktik langsung di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) masing-masing wilayah.

Dalam sambutannya, Bapak Zaenul Ma’arif, selaku Kepala Bidang SDM dan Pembiayaan, mengapresiasi antusiasme para petani yang tetap mengikuti acara di tengah kesibukan mereka. Beliau menekankan pentingnya pertemuan ini untuk mempersiapkan petani dalam menghadapi tantangan cuaca yang tidak menentu, seperti hujan yang sering turun di Bojonegoro, yang membuat petani bingung untuk memulai tanam padi. Begitu pula dengan petani tembakau di kecamatan Kepohbaru, Kedungadem, Sumberrejo, Temayang, dan Sugihwaras, yang menghadapi kerugian akibat kondisi curah hujan yang tidak mendukung panen dan menyebabkan harga tembakau tidak maksimal.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) para petani agar mereka dapat meminimalisir risiko kerugian akibat kesalahan musim tanam. Harapannya, para petani dapat memanfaatkan layanan informasi iklim yang disediakan oleh BMKG, baik melalui buletin bulanan yang dikirimkan melalui dinas maupun dengan mengakses langsung situs web BMKG. Dengan begitu, petani bisa memperkirakan kondisi iklim dan menentukan waktu tanam yang tepat, serta memilih jenis tanaman yang sesuai untuk beberapa bulan ke depan.


 

Materi 1: Simulasi Akses Informasi Cuaca dan Iklim

Materi pertama yang disampaikan oleh Linda Fitrotul Muzayanah, berfokus pada simulasi cara mengakses informasi cuaca dan iklim dari BMKG. BMKG berperan penting dalam adaptasi perubahan iklim dengan menyediakan data iklim historis dan proyeksi. BMKG juga memberikan literasi iklim kepada berbagai kalangan, termasuk petani melalui Sekolah Lapang Iklim.

Beberapa informasi yang dapat diakses petani dari BMKG antara lain:

  • Prakiraan Musiman: Ini mencakup prediksi awal musim hujan dan kemarau, serta sifat dan curah hujan bulanan.

  • Prakiraan Bulanan: Memberikan prediksi curah hujan bulanan, seperti prediksi untuk Kabupaten Bojonegoro dari Oktober 2025 hingga Maret 2026.

  • Prakiraan Dasarian: Memantau informasi curah hujan per 10 harian.

  • Peringatan Dini: BMKG juga mengeluarkan peringatan dini untuk iklim ekstrem, seperti kekeringan meteorologis dan curah hujan tinggi.

Petani dapat mengakses berbagai informasi ini melalui aplikasi Info BMKG dan situs web Stasiun Klimatologi Jawa Timur.

 

 Materi 2: Iklim Ekstrem dan Perubahan Iklim

Materi kedua yang disampaikan oleh Ahmad Luthfi membahas Iklim Ekstrem dan Perubahan Iklim. Iklim ekstrem didefinisikan sebagai suatu kejadian iklim yang memiliki nilai variabel di atas atau di bawah ambang batas normal, yang dapat mengakibatkan kerugian bagi keselamatan jiwa dan harta benda. Unsur-unsur iklim ekstrem meliputi temperatur, curah hujan, angin, dan kelembapan udara.

Penyebab iklim ekstrem terbagi menjadi dua, yaitu variabilitas alami iklim dan perubahan iklim. Variabilitas alami mencakup fenomena seperti El Niño dan La Niña yang mempengaruhi pola hujan dan kekeringan, Indian Ocean Dipole (IOD) yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia, serta Monsun yang membawa musim hujan atau kemarau.

Sementara itu, perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang pada pola iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti polusi dan penggunaan bahan bakar fosil. Dampak dari perubahan iklim ini menyebabkan cuaca ekstrem menjadi lebih sering terjadi, seperti banjir, kekeringan, atau badai, serta perubahan musim hujan atau kemarau yang bisa lebih panjang atau pendek dari biasanya.

 


By Admin
Dibuat tanggal 19-09-2025
7 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
33 %
Puas
37 %
Cukup Puas
5 %
Tidak Puas
26 %