dinperta.bojonegorokab.go.id – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bojonegoro menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting bersama petani dan penyuluh, Kamis (04/09/2025). Kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris DKPP Bojonegoro, Zaenal Fanani, S.Pi., MP, serta menghadirkan narasumber utama Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno, S.Si., M.Ling.

Dalam sambutannya, Zaenal Fanani menyampaikan harapan agar kegiatan SLI menjadi sarana pembelajaran yang bermanfaat bagi petani. Ia menekankan pentingnya kesiapan petani dalam menghadapi fenomena perubahan iklim yang kian sulit diprediksi.

“Tahun ini kita merasakan adanya fenomena kemarau basah yang sangat berdampak pada petani tembakau. Banyak petani harus mengulang persemaian hingga 5–7 kali. Oleh karena itu, kami berharap ilmu yang diperoleh dari sekolah lapang ini bisa dipahami, diterapkan, dan disebarkan kepada kelompok tani lain,” ujar Zaenal Fanani.

Ia juga meminta peserta SLI, baik petani maupun penyuluh, untuk menyerap materi dengan sungguh-sungguh agar bisa menjadi bekal mitigasi risiko iklim dalam budidaya pertanian pangan, hortikultura, maupun perkebunan.

Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno, memberikan apresiasi kepada Kabupaten Bojonegoro yang mampu menginisiasi pelaksanaan SLI secara serentak dan efisien.

“SLI ini mendapat perhatian serius di tingkat nasional karena urgensinya dalam mengawal program ketahanan pangan. Apa yang dilakukan Bojonegoro bisa menjadi prototipe atau pelopor bagi daerah lain, bahkan masukan bagi BMKG pusat dalam penyelenggaraan SLI,” ungkap Anung.

Ia menambahkan, perubahan iklim membawa tantangan besar bagi sektor pertanian. Berdasarkan kajian, perubahan cuaca dan iklim saat ini semakin sulit diprediksi, ditambah pergeseran musim dan peningkatan frekuensi iklim ekstrem seperti El Nino dan La Nina.

“Fenomena ini berpotensi menimbulkan krisis air, peningkatan lahan kritis, serta ancaman serius terhadap produktivitas pertanian. Oleh karena itu, informasi iklim harus cepat tersampaikan hingga ke tingkat penyuluh dan petani, agar risiko dalam budidaya bisa diminimalkan,” jelasnya.

Anung juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara BMKG dengan pemerintah daerah, penyuluh, serta kelompok tani untuk menyebarluaskan informasi iklim terkini. Hal ini diharapkan mampu mendukung ketahanan pangan di tengah ancaman perubahan iklim.

Sementara itu, Pety Yuliana Sari, S.Tr menyampaikan materi mengenai dasar-dasar cuaca dan iklim. Ia memperkenalkan perbedaan antara cuaca yang bersifat jangka pendek dengan iklim yang merupakan rata-rata kondisi cuaca dalam jangka panjang. Selain itu, ia menjelaskan unsur-unsur penting cuaca dan iklim, seperti suhu udara, tekanan udara, kelembaban, angin, awan, hingga curah hujan.

Adapun Khusnul Intan Diaputri Rahmawati, S.Tr membawakan materi tentang alat ukur cuaca dan penakar hujan sederhana. Ia memperkenalkan berbagai instrumen pengamatan, baik konvensional maupun digital, seperti termometer, barometer, anemometer, psychrometer, hingga Automatic Weather Station (AWS). Selain itu, ia memberikan panduan praktis cara membuat penakar hujan sederhana dari bahan bekas agar petani dapat melakukan pengamatan mandiri.

Melalui kombinasi materi konseptual dan praktis, kegiatan SLI ini diharapkan tidak hanya meningkatkan pengetahuan peserta mengenai fenomena cuaca dan iklim, tetapi juga memberi bekal keterampilan teknis dalam pengamatan lapangan.

SLI Bojonegoro menjadi bukti nyata kolaborasi antara pemerintah daerah dan BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur dalam memperkuat kapasitas petani menghadapi tantangan perubahan iklim, sekaligus mendukung terwujudnya pertanian yang tangguh dan berkelanjutan.


By Admin
Dibuat tanggal 04-09-2025
144 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
33 %
Puas
37 %
Cukup Puas
5 %
Tidak Puas
26 %