Akhir Januari 2020 ini tanaman padi di Desa Ngrandu, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro tumbuh subur menghijau. Walau musim hujan (MH) agak mundur para petani tetap semangat untuk bercocok tanam. Pasalnya usahatani merupakan pekerjaan utama mayoritas penduduk desa yang berbatasan dengan Kecamatan Balen tersebut.

Menurut ketua gabungan kelompok tani Tani Makmur, Desa Ngrandu, Zakariya, anggota kelompoknya mulai menyemai benih padi bulan Nopember 2019 yang lalu. Musim hujan ini mereka banyak menanam padi varietas unggul baru (VUB) Inpari 32 HDB, yang dua tahun terakhir ini banyak ditanam petani lain. PPL yang membina petani di desanya juga menganjurkan menanam varietas ini karena hasil panenya lebih banyak dan tahan (toleran) penyakit bila dibanding varietas eksistensi lainya.

"Tanam Inpari 32 juga, menurut petani yang sudah tanam hasilnya bagus, juga lebih tahan penyakit kresek. PPL Kedungadem yang membina petani desa sini juga menganjurkan untuk tanam varietas ini karena hasil panenya lebih banyak dan tahan (toleran) penyakit bila dibandingkan varietas lain.," kata Zakariya, Selasa (4/2/2020).

"Luas sawah kelompok tani Tani Makmur V 80 hektar, hampir 30 hektar ditanami Impari 32, lainya Ciherang," imbuh pria yang juga ketua kelompok tani Tani Makmur V ini.

Varietas Inpari 32 saat ini mulai banyak ditanam petani di Bojonegoro. Keunggulanya adalah hasil panen lebih tinggi bila dibanding varietas eksistensi. Rerata 6,30 ton/ha GKG, potensi hasil 8,43 ton/ha GKG. Juga tahan penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB), sehingga nama belakangnya ditambahi HDB.

Petani Bojonegoro menyebut penyakit ini dengan istilah lokal Kresek, yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas Oryzae. Dengan ketahanan terhadap HDB ini petani bisa berhemat untuk membeli pestisida. Dengan begitu biaya produksi bisa ditekan, tetapi produktivitas tetap tinggi.

Rata-rata umur tanaman padi di Desa Ngrandu sekitar 35-42 hst. Pemupukan lewat akar sudah diakhiri. Kebiasaan petani di sana pola pemupukan 2 kali, yakni sekitar 0-7 hst, sedang pemupukan kedua maksimal umur 21 hst. Secara tehnik, pemupukan sebenarnya bisa sampai umur 30-35 hst. Tetapi petani jarang yang melakukanya dengan alasan takut kropok.

Kropok merupakan istilah petani Bojonegoro yang artinya daun tumbuh subur tetapi butir tidak bisa terisi penuh. Hal ini sebenarnya tidak perlu ditakutkan petani, asal pemupukanya berimbang.


Matun (pencabutan/penyiangan gulma) dilakukan sebelum pemupukan kedua. Gulma harus dikendalikan agar tidak mengganggu proses pertumbuhan tanaman padi. Ini disebabkan tanaman padi berebutan hara dengan gulma.

Untuk membantu pertumbuhan lebih maksimal diaplikasi semprot pupuk pelengkap cair (PPC) kandungan nitrogen (N) tinggi, atau pupuk organik cair (POC) umur 10, 20, 30 hst. Sedangkan untuk menambah bobot gabah biasanya petani memupuk tanaman padinya dengan PPC kandungan pospat (P) dan kalium (K) tinggi yang dikombinasi dengan fungisida sistemik sekitar umur 40-45 hst dan 60-65 hst. Fungisida ini sekaligus berfungsi untuk mengendalikan serangan jamur agar tanaman padi bisa berfotosintesis dengan sempurna.

Pemupukan varietas Inpari 32 HDB relatif sama dengan varietas lain. Petani bisa mengaplikasikan pemupukan berimbang dengan menggunakan anjuran umum rumus 5 3 2, yakni 500-1000 kg pupuk organik, 300 kg Phonska, dan 200 kg Urea setiap 1 hektar.

Rumus 5 3 2 ini sudah memenuhi unsur hara makro Nitrogen Pospat Kalium (NPK) yang mutlak dibutuhkan tanaman padi.

Pupuk organik berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga sawah menjadi subur. Tanah yang subur membuat tanaman padi lebih respon terhadap pupuk kimia. Sehingga unsur hara dari pupuk dapat diserap tanaman dengan maksimal.

Nitrogen berfungsi untuk tanaman padi lebih cepat hijau segar, mempercepat pertumbuhan tanaman dan memperbanyak anakan.

Pospat untuk merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pembentukan bunga dan kualitas butir padi, serta meningkatkan rendemen.

Kalium bermanfaat membantu batang tanaman padi lebih tegak dan kokoh, meningkatkan daya tahan dari serangan hama/penyakit, juga kekeringan.

Ketiga unsur ini harus sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tanaman padi, karena bila salah satunya ada yang kurang atau lebih akan berakibat pertumbuhan tanaman tidak maksimal, hasil panen juga tidak sesuai harapan petani.

Oleh Iskak Riyanto, SP., PPL Kecamatan Kedungadem.


By Admin
Dibuat tanggal 07-02-2020
40297 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
31 %
Puas
38 %
Cukup Puas
5 %
Tidak Puas
26 %