dinperta.bojonegorokab.go.id - Pemerintah Bojonegoro terus mendorong penguatan kapasitas petani hortikultura melalui program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Bawang Merah, salah satunya yang dilaksanakan di Kelompok Tani Ngudi Bahagia Desa Papringan, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Rabu (20/5). Kegiatan SLPTT ini diawali dengan rembug tani oleh kelompok tani dihadiri Peserta SLPTT dan Perwakilan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian kali ini diwakili oleh Ibu Selvi Virginita Orizanti, Subkoordinator Pembiayaan Usaha Tani dan didamping Bapak Murjito selaku Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan temayang beserta Penyuluh Pertanian Pendamping Pelaksanaan SLPTT Bawang Merah.
Dalam sambutannya, Ibu Selvi menekankan bahwa Sekolah Lapang bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga sarana untuk meningkatkan kemampuan manajerial petani, termasuk pemahaman aspek ekonomi pertanian. Program ini memperkenalkan metode budidaya bawang merah dari biji atau True Shallot Seed (TSS), sebagai alternatif dari penggunaan umbi.
“Budidaya bawang merah dari biji mempunyai keunggulan diantaranya aspek kesehatan benih, biaya lebih murah, daya simpan yang lebih lama dan tanaman lebih tahan terhadap penyakit. Sekolah lapang bawang merah Ini bukan sekadar belajar mengenai berbudidaya yang baik, tapi bagaimana petani juga memahami keuntungan usahanya secara menyeluruh,” jelas Bu Selvi.
Ia juga menambahkan bahwa sistem pembelajaran SLPTT menggabungkan teori dan praktek oleh sebab itu kelompok tani wajib memiliki lahan yang digunakan untuk laboratorium lapang sebagai tempat pengamatan dan praktek selama SLPTT beroperasi.
Sebagai bahan penunjang pembelajaran SLPTT dilengkapi juga dengan fasilitas bantuan benih dan pupuk yang dibiayai dari APBD Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan pendampingan tenaga ahli dari BRIN.
Tak hanya itu, grup WhatsApp juga dibentuk sebagai media komunikasi antarpetani dan narasumber, agar konsultasi dan penyelesaian masalah teknis bisa dilakukan secara cepat dan efisien.
Pentingnya Standar Budidaya dan Pendampingan Langsung
Sesi berikutnya diisi oleh Bapak Murjito, yang membawakan materi teknis terkait praktik budidaya bawang merah. Ia mengajak petani untuk terbuka pada pengetahuan baru dan menjadikan SLPTT ini sebagai ruang belajar bersama. Menurutnya, banyak petani masih terjebak pada pola lama, sehingga perlu pembaruan melalui metode yang telah teruji.
“Tantangan kita hari ini bukan hanya teknik tanam, tapi juga ketidakstabilan harga dan serangan hama. Petani harus mulai memanfaatkan benih yang bebas penyakit dan mengikuti SOP budidaya agar hasil panen optimal,” terang Murjito.
Ia menekankan pentingnya kehadiran penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam mendampingi proses pembelajaran di lapangan, sekaligus membantu petani dalam memahami faktor-faktor penting seperti musim tanam, curah hujan, dan iklim lokal. Seluruh rangkaian pertemuan SL diharapkan diikuti secara penuh agar hasilnya maksimal.
Mendorong Regenerasi dan Kemandirian Petani
Program SLPTT juga menyasar petani muda atau milenial agar terjadi regenerasi dalam sektor pertanian. Dinas pertanian menilai bahwa modernisasi pertanian harus didukung oleh pengetahuan ilmiah, teknologi komunikasi, serta pengelolaan usaha tani yang efisien.
"SLPTT ini bukan hanya transfer ilmu, tapi juga strategi untuk menciptakan petani yang lebih mandiri dan sejahtera. Pengetahuan ini bisa diwariskan ke generasi berikutnya," ujar Murjito.
Dalam pelaksanaan SLPTT Dengan kolaborasi antara Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian dan lembaga penelitian seperti BRIN, Sekolah Lapang diharapkan mampu mempercepat transformasi pertanian tradisional menuju sistem yang lebih inovatif dan berkelanjutan.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Sangat Puas
33 % |
Puas
38 % |
Cukup Puas
5 % |
Tidak Puas
24 % |